Selasa, 31 Mei 2011

Pacaran Berbatas??


BARANGKALI para pengamat remaja hanya bisa geleng kepala sembari bertutur “Astaghfirullah” ketika melihat dunia remaja saat ini. Dunia penuh keberingasan yang terselubung di dalam selimut keindahan, kesenangan dan kepuasan semata. Dunia yang makin digiring kepada hal-hal yang sebenarnya sangat dan sangat merugikan diri, namun sayangnya belum disadari atau memang tidak mau menyadari. Dunia yang seyogyanya ditata rapi dan terjaga oleh pagar agama, namun kini lepas dan pagar itu diseruduk oleh badak-badak kelaparan.


Cinta semu yang kini menjadi tenar di kalangan remaja, diagungkan, dituhankan hingga beranggapan jika suatu masa tidak dibungai cinta semu ini seakan tak berarti. Cinta semu alias cinta kebelinger, cinta yang ditempatkan bukan pada porsinya sehingga berakibat fatal dan sangat berpengaruh pada masa kini atau masa mendatang. Cinta semu ini memang  jika diperhatikan dari kasat mata akan terasa indah dan menyenangkan.

Remaja dan remaji yang terhubung oleh jembatan cinta ini memang pada awalnya sadar bahwa cinta empat mata bisa berakibat fatal. Namun, kenapa masih dilakukan bahkan menjadi candu bak pecandu narkoba? Itulah bukti adanya Semu, semu yang terus dihinggapi oleh kehendak syetan. Dan syetan tak pernah menghendaki kebaikan atas manusia. Syetan merekrut sebanyak-banyaknya dari manusia untuk teman di neraka jahanam. Cinta semu yang digambarkan dalam lagu “hamil tiga bulan” begitu kejamnya nasib remaja yang terjerumus dalam cinta ini. Cinta yang bermula dari kata kemudian raga dan berujung pada kecelakaan fatal (Aduuh..sangat mengerikan..).

Sahabat Smart  yang budiman, patut diyakini bahwa setiap remaja dan remaji (laki-laki dan perempuan) memiliki karunia “Nafsu”. Lalu nafsu ini memiliki tingkatan-tingkatan berbeda dari satu orang dengan lainnya. Tingkatan nafsu ini sangat dipengaruhi oleh diri masing-masing. Bercinta adalah bukti adanya nafsu. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah nafsu cinta itu berada pada tempatnya? Nafsu cinta yang hanya digiring kepada cinta semu inilah sesungguhnya peletakan yang keliru. Cinta yang digerakkan oleh syahwat, cinta yang lepas dari kendali agama, cinta yang menganggap semua menjadi indah dengan berdua, saat jalan berdua, saat pergi berdua tanpa ada yang memantau hingga etika bergaul antara ramaja-remaji tak terbendung lagi dan akhirnya cinta itu dikendalikan oleh makar syetan. Nafsu cinta ini kemudian sering disematkan untuk istilah “Pacaran”.

“jaman gini nggak pacaran? Nggak gaul banget”. Banyak remaja-remaji yang menganggap pacaran sebagi wahana penanam cinta. Untuk mengenal lebih dekat antara “aku dan dia”. Untuk melihat kepribadian, kehendak dan kebiasaan dari seorang calon. dari sini setidaknya pacaran dapat dibagi menjadi dua; pacaran tak berbatas dan pacaran berbatas.

  1. Pacaran Tak Berbatas
Model pacaran ini seringkali dirasa pada masa puber, masa pencarian jati diri. Pacaran tak berbatas ini sekilas mata tak memiliki pengaruh besar terhadap seseorang. Berpacaran ala sekolah, ala kampus, lewat obrolan-obrolan empat mata, saling kirim balas sms, dan kemudian saling mengenal dan semakin dekat. Lalu masa ini terus berlanjut lama dan terkadang tanpa disadari telah menggerus uang saku, telah menggerus waktu hanya untuk ngobrol berdua. Pacaran inilah pacaran bebas tak terbatas, pacaran yang hanya untuk meraih kesenangan dan kepuasan. Pacaran yang hanya mengagungkan kegaulan dan mode. Pacaran yang pada akhirnya hanya menjermuskan. Pacaran yang tak berbatas ini sesungguhnya menjadi penyakit di kalangan remaja masa kini, mulai dari pelajar sampai tingkat mahasiswa banyak yang termakan oleh keberingasan pacaran tak berbatas ini.

  1. Pacaran Berbatas
Pacaran Berbatas ini memiliki ukuran dan batas waktu yang berbeda dengan pacaran tak berbatas. Pacaran terbatas lebih mempunyai tekanan waktu tertentu sebagai masa “Ta’aruf” saling mengenal. Masa ta’aruf yang tentunya memiliki metode dan jalur sah untuk sebuah langkah guna menuju bingkai pelaminan. 

Pacaran dalam kedok ta’aruf ini bertujuan untuk saling mengenal antara dua jenis, baik itu mengenal kepribadian mereka berdua atau mengenal keluarganya. Dan masa ta’aruf ini memiliki batas yang harus dipatuhi. Nah, jika sampai di ambang batas masa namun tidak ada keputusan untuk melangsungkan pada jenjang selanjutnya karena alasan dan sebab tertentu maka ta’aruf ini harus diputus agar tidak menjadi balak bagi keduanya. Inilah pacaran berbatas yang sering diperagakan oleh sosok yang ingin mencari pasangan hidup dari penilaian dirinya sendiri dan bukan orang lain. 

Sahabat Smart yang budiman, lalu pacaran model apa yang dibenarkanoleh Islam??. Pertama, Islam sangat menganjurkan cinta dan kasih sayang; kepada Allah SWT, kepada orang tua, dan kepada semua makhluk Allah SWT. Kedua, pacaran jika dimaknai sebagai sarana dan bukan lembah untuk mengumbar nafsu. ketiga, apabila pacaran itu memiliki batas tertentu untuk wahana “Ta’aruf” yang berbatas dan berarah.   

Penilaian di atas hanyalah penilaian pribadi saya yang tentunya disikapi setuju atau tidak oleh orang lain. Tapi minimal dari gambaran di atas bagaimana saya bisa meletakkan garis tengah antara cinta terbina dengan cinta terhina. Cinta terbina yang terurai pada pacaran berbatas dan cinta terhina tergambar pada pacaran tak berbatas. Mudah-mudahan menjadi khazanah dalam memahami Cinta.