Kamis, 09 Juni 2011

Menyelami Makna Keyakinan dan Tawakal

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ditampakkan di kehadapanku oleh Allah bermacam  golongan umat. Lalu aku melihat sosok Nabi dan bersamanya pengikut yang kurang dari sepuluh orang, dan sosok Nabi lain, bersamanya satu atau dua pengikut saja, dan sosok Nabi lain dan tidak ada satu pengikut pun bersamanya.  Kemudian diangkat oleh Allah segolongan besar, sampai  kusangka mereka umatku.  Ternyata, mereka adalah umat nabi Musa a.s. kemudian aku melihat segolongan lain di samping mereka, dan dikatakan padaku: mereka adalah umatmu wahai Muhammad. Di antara mereka terdapat tujuh puluh ribu hamba yang akan masuk surga tanpa hisab.
Kemudian segolongan lain bertanya-tanya; oleh sebab mereka itu dapat masuk surga tanpa hisab?. Di antara mereka ada yang berkata: mungkin saja karena  mereka adalah orang-orang terdekat di sisi Rasul semasa di dunia. Sebagian lagi bilang: mungkin saja mereka terlahir dalam keadaan islam dan tidak pernah berlaku syirik kepada Allah SWT. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: mereka adalah orang-orang yang semasa di dunia tak pernah percaya dengan amalan-amalan syirik “ruqyah Syaithaniyah, tiwalah atau percaya terhadap sesuatu yang dapat menolongnya,” dan mereka adalah orang-orang yang bersandar diri kepada Tuhan mereka…(HR. Bukhari & Muslim)
Sahabat Smart yang budiman, pudarnya keindahan dan keberkahan hidup seseorang ternyata disebabkan oleh penyakit “Syirik dan Takabur”. Dua penyakit ini sedari dulu telah disinyalir baik oleh al-Quran maupun kalam Rasul. Syirik yang berarti adanya kekuatan lagi selain kuasa Allah SWT. ada yang maha member rizki selain Allah, misalkan percaya kepada dukun. Sehingga kesyirikan ini menjadi penyakit kronis setiap kali seseorang melakukan amal perbuatan. Usaha harian, bisnis yang dimulai dengan caya tidak benar, oleh karena ingin mendapatkan keuntungan cepat dan berlimpah, maka keberkahan usaha hanya akan sirna tanpa meninggalkan makna. Karena amalan yang berkah adalah amalan yang berada pada koledor agama dan amal itu dilakukan dengan cara yang baik “Halal dan Thayibah”.
Sehingga tidak sedikit dari amal perbuatan  yang berawal dari cara salah dapat berujung dengan hasil yang memuaskan. Kenapa? Karena, keyakinan seseorang terhadap sesuatu dapat mensugesti jiwa dan pikirannya untuk sampai pada apa yang dia percayai. Misalkan percaya pada kekuatan dukun, bahwa dengan mendatanginya, dan memenuhi persyaratan dukun akhirnya dia yakin dengan jompa-jampi si dukun  akan dapat melancarkan jalan usaha. Bahkan terkadang dia lupa untuk bertanya apakah si dukun sendiri sudah merasa berharta?.
Setelah kesyirikan menyatu kemudian merusak organ pikiran, dan hati seseorang. kemudian yang terjadi adalah sikap takabur “Sombong”. Karena kesyirikan kepada Allah akan berefek  untuk  bersombong diri di hadapNya. Seakan kalimat syahadat tak berarti apa-apa baginya. Padahal kesombongan inilah yang kerap kali mengundang amarah Allah SWT. Seakan lupa, siapa yang menghendaki bibit bayi dalam kandungan untuk singgah di alam dunia ini. Seakan dia tak sadar milik siapa dunia ini? Hati telah terlupakan oleh kesyirikan dan kesombongan.
Padahal kehidupan seseorang akan berjalan damai penuh kasih sayang berkat adanya keyakinan dan tawakal kepada Allah SWT. Amalan atau usaha yang sedang kita geluti semestinya kita landaskan pada keyakinan kita bahwa usaha kita adalah wasilah untuk mendekatkan diri kepadaNya, dan bukan segalanya. Dan hendaknya keyakinan itu dibarengi dengan tawakal padaNya. Iringan doa dalam setiap pekerjaan, memohon keberkahan di awal, pertengahan dan di ujung amal. Moga menjadi amal bernilai ibadah. Karena sejatinya rangkaian hidup kita adalah untuk beribadah kepadaNya.
Karena itulah, keyakinan dan tawakal sangat urgen dalam langkah hidup kita. Sehingga dengan dua penawar itu diharapkan dapat mengobati dua penyakit kronis yang mematikan di atas.  Allah SWT berfirman: Sesungguhnya orang-orang beriman adalah jika diperdengarkan asma Allah maka hatinya akan khusyuk, dan jika dibacaan ayat-ayat kuasaNya maka bertambahlah keyakinan padaNya dan mereka berserah diri padaNya” (Q.S al-Anfal:2)