Kamis, 02 Juni 2011

“Larangan Merokok” Hanya Sebatas Pemanis Bibir Saja

Ah...masak iya merokok dapat merusak jantung?. Buktinya banyak orang yang tidak merokok mengidap sakit jantung bahkan sampai ada yang sampai titik “meninggal”. 

Teman-teman bilang “merokok itu tren lho...nggak gaul kalau nggak merokok!”. Sehari sebungkus dua bungkus itu biasa bahkan kalau bisa lebih dari itu bro (pecandu rokok).


Habis makan nggak nyeruput rokok? nggak banget. Walau menu makan enaknya minta maaf kalau setelah makan nggak pake rokok sama saja seperti makan kangkung layu.

Jalan bareng teman nggak sangu rokok? malu banget. Malah-malah bisa gagal jalan barengnya, berusaha mencari rokok dulu walau harus pinjam uang tetangga.

Di angkot umum lupa nggak bawa rokok? wah, nyesel banget. Masak duduk sendirian, di bangku belakang lagi. Sepi, tanpa teman. Coba kalau sangu rokok, kan lumayan biar bibir nggak nganggur.

Keliling taman, jalan pagi memang enaknya sambil nyedot rokok. Klepas-klepus sambil liat-liat pemandangan hijau, sungguh segar terasa.

Di kamar, di kost nggak siap asbak rokok, wah jadi malu kalau ada temen datang. Langsung buang putungan rokok yang memenuhi asbak dan sedia untuk putung baru.

Kawasan kampus serasa kurang hidup deh kalau nggak ada aroma rokok. Asap rokok memberi nuansa indah daripada kawasan yang adem-adem saja tanpa nuansa.
###

Orang tua perokok melarang anaknya dari merokok?, wah...nggak jaman banget. Lah wong kepalanya aja perokok berat, wajarkan ekornya juga ikutan.

Para guru perokok menasihati anak didiknya untuk tidak merokok?..wah..bisa dibilang yang nggak-nggak itu guru. Cabang itu kan tak jauh beda dari batangnya.

Pak dosen, Guru besar perokok besar menentang para mahasiswa perokok pemula?. Jangankan digubris ucapannya, dengar namanya saja sudah geram..Hmm

Rokok itu hiasan lisan, puntungnya hiasan asbak dan bungkusnya bisa buat hiasan kamar lho..memang yang ngeliat dan tahu keindahan hiasan itu pasti ingin juga mencobanya.

Rokok itu menambah stamina, menambah energi. Pagi hari minum kopi sambil berteman rokok, sudah....burung berkicau nggak bakal digubrisnya.

Aneh memang, tahu rokok itu nikmat, penghias bibir masih saja ada yang menentang, mengharamkan, bahkan menganggap tak beradab..walah-walah, nggak tau kenikmatan kali yah.

Warning
  1. Merokok timbul dari keinginan untuk mencoba. Karena rokok sama dengan hal baru bagi yang bukan perokok. Ingin coba-coba merokok, yah sehari satu batang dulu lah. Dan berakhir pada kecanduan yang sehari bisa sampai satu dua bungkus bahkan lebih.
  2. Merokok adalah tren zaman. Karena tren segala yang dianggap rame dan disenangi banyak orang. Tak sedikit yang tak suka rokok. Dan ingat! kalau sudah suka dan cinta rokok bakal susah untuk cerainya.
  3. MUI berfatwa, Ormas berbicara tentang dampak negatif dari rokok bagi kesehatan. Namun, yang namanya nikmat semakin ada yang menentang serasa semakin nikmat dan tambah mantep. Barangkali bisa dibilang “emang mau ikutan merokok  juga? Monggo..”
  4. “Merokok dapat menyebabkan serangan jantung, impoten, gangguan kehamilan...” itu sebatas tulisan saja kok. Nggak perlu takut, karena kalau hanya gara-gara warning itu terus takut dari merokok, wah kenikmatan pun akan hilang.
Sekejap rokok memang dianggap KENIKMATAN, namun di belakang layar sudah banyak pelaku yang tertanam akibat penyakit-penyakit yang mendekati mustahil disembuhkan. Dan pastinya yang tidak merokok saja bisa mengidap penyakit berbahaya serupa apalagi pecandu rokok? Apa masih dianggap sebagai kenikmatan ketika penyesalan itu tiba?.

Deretan kesadaran, deretan pemahaman untuk mengenal efek baik dan buruk dari rokok masih sebatas di lisan (ibarat pancasila yang hanya dihapal saja). Namun, jauh daripada itu bahwa mudharat yang terkandung dalam rokok jauh lebih banyak lagi berbahaya dari manfaat yang didapat. 

Rakyat Indonesia adalah rakyat yang kaya. Buktinya karena masih banyak rakyat yang katanya miskin, membutuhkan bantuan sandang pangan, eh ternyata kesehariannya tak lepas dari bercumbu dengan rokok.

“LARANGAN MEROKOK” sejatinya hanya sebagai bunga bibir saja. Karena pada akhirnya KESADARAN itu tumbuh dari dalam diri pribadi masing-masing. Entah kapan saatnya kalau disadari mudharat yang terkandung dalam rokok pasti Larangan Merokok akan  sampai ke hati.