Minggu, 05 Juni 2011

Siapa Bilang Menulis Itu Gampang?

Sahabat Smart yang budiman, menulis adalah aktifitas total organ tubuh seseorang. Anggap saja si A mengikuti lomba balap lari, tentu pada saat dia berlari, dia tampak mengerahkan segenap potensi dalam dirinya. Potensial yang muncul tentu tidak lepas dari persiapan-persiapan matang yang mendukung dia saat berlari. Mulai dari pemanasan yang cukup, pola makan yang teratur, sehingga membantu kelancaran pembalap dalam lomba hingga sampai pada garis finis.


Menulis bukanlah suatu aktifitas yang gampang. Buktinya banyak dari para penulis “pemula” yang membutuhkan stimulus-stimulus serta rangsangan sebagai power untuk mulai menulis. Mengeluarkan sejumlah uang untuk mengikuti training-training  penulisan adalah hal yang wajar, ikut bergabung dalam komunitas penulisan, dst. Dengan proses yang demikian itu, apakah menulis itu hal yang gampang? Tidak!. Karena jika menulis itu gampang, pasti sudah berhamburan penulis-penulis kelas dunia di negeri kita ini.

Sahabat Smart yang budiman, acapkali penulis mendapati kendala dalam menulis, hambatan dalam merangkai kalimat pertama tulisan, apakah menulis itu hal yang gampang?. Saat penulis terjebak dalam ide, atau bleng di saat sedang menulis, apakah menulis itu hal yang gampang?. Balum lagi penulis dicegat teknis-teknis penulisan yang rumit, apakah menulis itu hal yang gampang?.

Barangkali iya, bisa saja kita katakan kepada teman kita bahwa menulis itu gampang. Dengan tujuan untuk memberikan sugesti positif kepadanya. Namun, yakinlah sugesti “gampang” itu sesungguhnya malah akan menjadi penyakit tersendiri baginya. Seharusnya kita mengatakan sejujurnya pada teman kita bahwa menulis itu tidaklah gampang, namun tidak juga mustahil.
Sahabat Smart yang budiman, sekarang potensi yang menentukan adalah “Sikap” penulis dalam memaknai sugesti sulit “tidak gampang”. Apakah sulit itu menjadi sarana motivasi untuk membangkitkan tulisan, atau malah menjadi penyakit yang menghambat tulisan?. Sehingga di sinilah letaknya ketidak-mustahilan untuk menulis.

Sugestikan “Sulit adalah Fase” untuk menuju pada ranah kemudahan. Karena setiap hasil kan membutuhkan proses bertahap. Barangkali saat ini penulis mengatakan  menulis itu gampang kok. Namun, coba penulis ingat kembali ketika penulis kali pertama mencoretkan pena tuk menulis satu, dua kalimat. Apakah penulis merasa gampang tanpa hambatan?.

Sahabat Smart yang budiman, satu kata yang perlu kita perhatikan dalam menjalani proses antara sulit dengan ketidak-mustahilan, kata itu adalah STRATEGI. Iya, strategi mengajak bagaimana kita memasang cara dalam memulai menulis, pada saat menulis dan di akhir perjalanan menulis. Kemudian bagaimana kita dapat menterapi penyakit-penyakit yang menjangkiti tulisan kita agar lebih baik dan indah, mengesankan penuh makna di mata pembaca, sehingga di sinilah dibutuhkannya Strategi menulis.

Strategi yang dimaksud adalah bagaimana seorang penulis dapat menikmati fase proses dalam menulis, menginjak setiap anak tangga hingga sampai pada anak tangga teratas. Strategi itu terbagi ke dalam tiga peta; Peta OT, Oka, dan Oki.

Peta OT
OT (Otak Tengah) merupakan posisi sentral dalam otak manusia. Otak ini berfungsi sebagai dokumenter (Bank informasi) yang telah didapat dari pengalaman dulu atau yang akan didapat kemudian. Menurut David Ting (penggagas teori otak tengah),  Otak tegah memiliki tipikal fokus yang biasanya terbentuk lewat praktik kekuatan daya pendengaran, visualisasi. Sehingga secara umum otak tengah bersifat Fokus. 

Dalam dunia penulisan, penulis awal mula harus melewati peta fokus ini. Fakus dalam artian bagaimana seorang penulis dapat memetakan arah tema yang akan dituliskan. Misalnya mau menulis tentang tema pendidikan moral bagi anak didik, berarti penulis harus mengarahkan fokusnya pada tema itu. Fokus ini sangat mendukung penulis saat mengembangkan pikiran utama dalam tulisan. Kan nggak lucu jika penulis ingin fokus di dunia pendidikan anak, tapi dalam penulisannya malah masuk ranah dunia kecantikan wanita. Sehingga peta OT ini harus benar-benar diperhatikan agar penjabaran tulisan bisa tepat sasaran.

Peta Oka
Sahabat Smart yang budiman, dalam perkembangannya, Oka (Otak Kanan) menurut Roger Sperry (penerap teori gelombang otak) memiliki ciri khas; intuitif (gagasan sembarang) , sintesis, integrasi, acak, tidak teratur,dan spontan. Pada dasarnya, sadar atau tidak, setiap gerakan kita dimulai oleh kerja otak kanan. Misalkan saat si A masuk ke sebuah toko buku, lalu melihat sebuah buku koleksian terbaru, kira-kira apa yang ada dibenaknya?. Secara spontan dia akan bilang “Wah, ada buku baru nih, wajib beli deh nih…!.” Secara spontan ucapan itu mengalir dari benaknya. inilah yang dikatakan kerja otak kanan. Bagaimana dengan penulisan?
 
Dalam penulisan, sangat diutamakan untuk mengoptimalkan otak kanan ini. kita bisa mulai menulis apa saja secara spontan. apa yang ada di benak kita segera dituliskan secara spontan!. Cara ini dapat kita praktikkan dengan menuliskan apa saja yang terekam di benak kita selama sepuluh menit tanpa bernapas (tanpa berhenti). Namun, di sela-sela kesepontanan itu, kita harus ingat peta fokus yang sedang kita tulis alias jangan melebar dari tema yang telah kita pilih.

Peta Oki
Dalam berbagai buku dan artikel, sering kita dapat mengenal karakteristik otak Kiri. Masih menurut Roger Sperry, Otak kiri ini bersifat sistematis, teratur, logis, dan kritis. Biasanya dimiliki oleh para analisis yang punya penilaian tajam terhadap suatu kejadian. Dalam penerapan, Otak kiri sangat tepat untuk menilai lebih dalam hasil tulisan dari otak kanan (kerangka). 

Pada contoh si A yang secara spontan ingin membeli buku, ternyata dia tidak langsung membelinya begitu saja. Banyak pertimbangan yang menyesaki benaknya; “pingin banget sih beli. Tapi, ada kebutuhan yang lebih penting nggak yah?..atau kira-kira benar-benar cocok nggak yah buku ini untuk aku?.” pertimbangan itu bisa saja membuat dia jadi membeli buku, atau urung.

Kaitannya dengan tulisan, otak kiri sangat membantu dalam memperelok tulisan kita. Mulai dari sususan kata yang kurang tepat, makna poin kurang mengena, teknis EYD acak-acakan, semua itu dikritisi oleh otak kiri “Editing” hingga kemudian menghasilkan tulisan yang sempurna.

Sahabat Smart yang budiman, dengan modal akselerasi antara tiga peta “OT-Oka-Oki” setidaknya menjadi jembatan untuk menghantarkan seorang penulis kepada sugesti bahwa “Menulis itu sangat gampang kok, kalau kita tahu strateginya”. Sehingga awalnya menulis itu sulit. Namun, melalui proses yang maksimal serta kontinyu dalam berlatih, insya Allah menulis akan jadi gampang dan sangat gampang. Saatnya Membuktikan!!.
Salam Smart!