Minggu, 22 Mei 2011

Apa Komentar Anda?

Tak ada yang menyangka si “A” bakal menjadi Pengusaha sukses. Dulunya hanya mengenyam pendidikan yang biasa saja. Orangnya biasa saja nggak begitu jenius amat dibandingkan teman-temannya yang lebih juara. Untuk saat ini si “A” dapat dikatagorikan paling sukses diantara mereka yang dulu sekelas. Kesuksesannya tak lepas dari Kondisi orang tuanya yang mampu membiayai kuliahnya dan juga ada keseriuasan dari si “A”. akhirnya dengan kegigihan dan didorong oleh biaya cukup dia bisa tinggal di rumah megah, punya mobil mewah, pokok e hidup ayem.


Tak ada yang menyangka si “B” bakal menjadi petani sukses. Si “B” yang hidup di tengah-tengah perkampungan seri yang di kelilingi oleh dedaunan hijau, sesawahan, ladang singkong. Si “B” semasa sekolahnya terkenal jenius, penggondol rengking kelas, bahkan sering diutus dalam event-event pendidikan. Namun, kejeniusan itu beralih arah ke sepetak persawahan yang setiap hari dia geluti. Karena biaya orang tua yang minim, yang hanya pas-pasan untuk biaya keseharian akhirnya si “B” memutuskan untuk tinggal di kampung dan mengembangkan kejeniusannya di daratan tanah. Berkat kejeniusan yang dimiliki, si “B” tak sekadar menjadi petani semata. Namun, dia menjadi petani sukses karena telah menciptakan sistem-sistem baru dalam bidang pertanian.

Tak ada yang menyangka si “C” bakal bisa kuliah ke luar negeri. Padahal banyak dari teman-temannya yang sangat ingin kuliah ke sana (Timur tengah, Eropa, Australia, dll) namun sayang , nggak kesampaian. Si “C” selama kuliahnya biasa-biasa saja seperti karakter si “A”. namun si “C” walau telah selesai program S1, belum ada niatan untuk mendirikan lembaga atau menjalin kerja. Yang ada di benaknya hanyalah kuliah dan kuliah. Namun, semangatnya itu didukung oleh program beasiswa baik dari pemerintah ataupun lembaga. Dan akhirnya sampai saat ini dia masih menggeluti kuliahnya di luar sono.

Tak ada yang menyangka, si “D” bakal menjadi penjual bakso keliling. Tiap sore menjelang malam mulai si “D” berangkat mendorong gerobak bakso, dan itu rutin dilaksanakan setiap hari demi biaya sekolah adiknya. Selesai aliyah si “D” tak lagi melanjutkan studinya. Oleh karena ekonomi orang tua dan adanya dorongan si adiknya yang ingin melanjutkan sekolah, akhirnya si “D” memutuskan untuk mempertahankan studi adik tercinta. “nggak mengapa kesuksesanku kutitipkan pada adik tercinta!”

Tak ada yang menyangka, si “E” kini terkenal dikalangan pekerja, pegawai, mahasiswa, para penumpang angkot, yang barang kali setiap hari mereka menemui si “E” dengan sangat mudah. Selama ada suara gitar dan kencrengan di angkot pastikan si “E” ada di belakang layar itu. Si “E” yang sedari awal tak mengenyam pendidikan. Dia terdidik dari orang tuanya yang juga tak jauh berbeda dengan nasib si “E” saat ini. Si “E” hanya bisa menyumbangkan satu dua buah lagu untuk menghibur para penumpang dan diakhiri dengan ucapan terima kasih kemudian mengedarkan plastik kecil atau bekas aqua untuk mendapatkan rupiah. “memang inilah nasib yang harus dijalani dan semua ini karena Kondisi”.

Sahabat Smart yang budiman, dari ilustrasi perjalanan hidup di atas tentu kita akan bisa memetakan setiap kesuksesan. Kesuksesan adalah keinginan setiap orang dan bisa dicapai oleh semua orang. Kesuksesan tidak hanya dicapai oleh pendidikan tinggi, oleh usahawan sukses. Namun juga Kesuksesan juga dirasa oleh penjual bakso dan para penghibur di angkot. Oke, si “A,B dan C” dapat dibilang sukses dari segi finansial, kemewahan dan akademik. Namun, apakah semua itu menjamin Kesuksesan Hati mereka? BELUM TENTU. Bisa jadi si “D dan E” walaupun seorang penjual bakso dan penghibur angkot hatinya lebih mulia dibandingkan pengusaha sukses, petani sukses dan akademis sukses. Ketulusan si “D” untuk menunjang pendidikan adiknya dan ketulusan si “E” untuk kehidupan keluarga tentu akan memiliki nilai perjuangan yang lebih. 

Sahabat Smart yang budiman, tak ada kata untuk menyerah, tak ada kata untuk saling mengejek dan merendahkan. Semua hanyalah Kondisi sementara yang menjadi pembeda dan pada saatnya si “A,B dan C” dapat menciptakan keharmonisan buat si “D dan E”. karena insan dicipta untuk menyemai keharmonisan dalam perbedaan