Sahabat pembaca yang budiman, suatu kali saya bertemu dengan seorang siswa SD di dalam angkot. Anak itu tampaknya hendak berangkat ke sekolah. Lalu saya mencoba ngobrol dengannya.
“Assalamualaikum…apa kabar, adek?”
“Waalaikumsalam… Alhamdulillah baik, Om.”
“Oya, kenapa kamu kok kayaknya berangkat kesiangan?”
“Iya, Om. Rumahku cukup jauh, Om. Nunggu angkot saja menghisap waktu lama. Sekarang ini sudah termasuk cepat lhoo,Om.”
“Ooo, adek. kalau boleh tahu apa cita-cita adek kok semangat banget belajar?”
“Hmm…Om, aku thu pingin merubah posisi hidup keluarga aku, ibuku sangat ingin agar aku bisa sekolah tinggi dan bisa merubah nasib keluargaku.”
“Wah, bagu-bagus…muhah-mudahan Allah membuka jalan untuk kesuksesanmu, Dek.”
“Amiin.”
Sahabat pembaca yang budiman, disadari ataupun tidak sesungguhnya setiap dari kita memiliki cita-cita mulia. menyimpan mimpi-mimpi besar untuk suatu kebahagiaan dan kedamaian di masa mendatang. Anak umuran jagung pun memiliki mimpi-mimpi yang luar biasa. ketika ditanya kalau sudah gede mau jadi apa, Dek? Jadi….Pilot, jadi….Presiden. (wah…luar biasa bukan!), kalau semua berpikiran jadi presiden terus siapa dong yang jadi rakyatnya?!. Hehe
Mimpi-mimpi besar yang tertulis di lembaran-lembaran khusus dengan tinta emas, disimpan dalam laci serta diingat selalu dalam benak menandakan adanya “Harapan” untuk masa depan yang cerah. Dengan harapan itu tentunya jiwa seseorang akan berkobar semangat untuk mengejar segalanya (pokoknya semua pengorbanan waktu, jiwa dan harta kukuras untuk sebuah Harapan).
Sahabat pembaca yang budiman, perjalanan seseorang dalam meniti harapan ibarat para pendaki gunung yang berlomba menggapai panji yang tertancap di puncak sana. Apakah semua pendaki akan sampai ke puncak? Mungkin, dan apakah mereka akan sampai ke puncak dengan selamat? Belum tentu!. Benar adanya setiap dari pendaki bisa saja sampai di puncak gunung. Namun, tak semuanya bisa sampai dengan selamat. Barangkali ada yang hanya sampai di pertengahan lereng lalu menyerah, atau ada yang tinggal sejengkal sampai pada finis, namun naif dia tergeletak, pingsan.
Adalah yang membedakan di antara para pendaki itu terletak pada: Persiapan, Proses, Ending.
Persiapan
Setiap dari pendaki tentunya mengharapkan agar dia bisa sampai ke puncak gunung dan merangkul panji. Dalam posisi ini tentunya persiapan menjadi urgen bagi pendaki, mana mungkin dia bergerak tanpa ada persiapan yang matang?. Persiapan yang dimaksud adalah segenap perangkat yang dapat mendukung pendaki selama masa pendakian. Persiapan fisik, persiapan akomodasi, obat-obatan, semua harus dipersipakan dengan baik, karena persiapan yang matang tentunya akan melancarkan pendakian.
Dan terpenting juga dari persiapan adalah Persiapan Mental. Mental yang mampu membangun kepercayaan diri, mampu membakar semangat jiwa untuk melangkah sampai puncak. Mental sangat mempengaruhi gerak proses para pendaki. Karena kalau mental awalnya Oke maka proses pun akan bisa baik, namun kalau awalnya saja tidak meyakinkan maka kemungkinan besar proses pun akan tersendat.
Proses
Ini adalah langkah kedua untuk merangkul panji. Setelah persiapan yang matang tentunya pendaki harus siap untuk meniti proses. Tanpa proses mustahil pendaki bisa memandang panji, tanpa proses susah seseorang menilai keberhasilannya, intinya semua butuh Proses. Tinggal bagaimana sikap pendaki dalam menapaki proses, melangkahkan kaki, berkeringat peluh melintasi bebatuan. Selangkah demi selangkah niscaya panji bisa digapai. Proses yang bersumber dari gerakan mental pemberani untuk tetap melangkah tentunya harus dibumbui dengan sikap tegar dan sabar. Tegar untuk tetap menatap ke depan dan sabar dalam menikmati setiap langkah-langkah menuju panji.
Ending
Ini adalah akhir yang menentukan. Tak sedikit dari para pendaki yang berhasil dalam persiapan dan proses namun dia gagal di waktu endingnya. Ending yang dimaksud ialah bagaimana para pendaki bisa sampai pada puncak dengan selamat dan bisa merangkul panji. Karena yang utama adalah meraih panji dengan selamat, artinya panji di tangan dan mental masih kuat. Sehingga ending ini harus dilalui dengan baik, tetap pada ketegaran dan kesabaran dan menambah keyakinan “Aku bisa meraih panji di puncak sana!”.
Sahabat pembaca yang budiman, panji adalah harapan yang tertanam di puncak gunung. Setiap panji yang kita harapkan, setiap kesuksesan yang kita inginkan tentunya tak lepas dari tiga serangkai di atas. Anda seorang pelajar, anda pegawai, anda bisnismen tentunya harus siap melalui Persiapan, Proses dan Ending. Dan sesunggunya Allah menghendaki kita untuk Berbuat dan akan melihat seberapa besar kadar kesanggupan kita dalam mengarungi lika-liku jalan menuju panji kesuksesan. Selamat menikmati tiga serangkai meraih panji dan Salam Smart!!