Embun segar menyapa jiwa-jiwa pemberani. Jiwa yang terpenuhi oleh dzikir pada Ilahi. Berdoa, memohon segenap kekuatan untuk menjalani hari. Mudah-mudahan Ilahi senantiasa melindungi diri hingga senja datang mengganti. Bismillah kaki melangkah, mengharap ridha serta keberkahan Ilahi.
Berpagi hari di muka Laptop sudah menjadi hobi Roman sejak kepulangannya dari Libya. Menulis, merangkai puisi sangat ia sukai. ditambah lagi dengan kehadiran internet, membutnya makin asyik duduk berlamaan bersenandung dengan laptop. Segelas teh manis cukup baginya buat sarapan karena ditemani oleh "Internet". Corat-coret di muka internet sambil menjemput rizki yang tersimpan di jejaring ajaib itu. Berbisnis, memperluas jaringan adalah gawean Roman. Dan tak lupa Facebook yang kata orang "beranda buku" menjadi wahana baru baginya.
Bagi Roman, Facebook bukan sekadar beranda buku, namun lebih dari itu Roman menjadikannya teman memancing "Rekan, sahabat….dan Calon". Pemuda jebolan Libya itu merasa mampu dan berani tuk menjalani hari-hari di dunia maya. Ia pingin membuktikan bahwa ia juga termasuk mereka yang sukses hidup di dunia maya "tak hanya kehidupan nyata, namun juga kehidupan maya mampu menyemai keindahan dupan."
Jarum jam dinding menunjukkan pukul 7 pagi, jadwal mengajar di SD permai bergulir. Sekolah di mana ia dulu menanam prestasi, beasiswa ke luar negeri juga berawal dari SD permai itu. Demi pendidikan Roman melepas teman memancingnya dan bergegas diri.
"Ummi…Roman berangkat ke sekolah dulu, yah"
"lah, nggak sarapan dulu apa, man?!"
"Sudah, mi..tadi Roman minum teh.. takut telat"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam…Roman..Roman, kamau itu terlalu memaksa diri… tapi, yawis moga Allah menjagamu, nak"
"jagalah hati jangan kau nodai…," ringtone hape Roman berbunyi, dilihatnya satu pesan baru. Bismillah, ia baca pesan itu "Assalamualaikum… Roman, nanti setelah ngajar pulang dulu yah..ada yang ingin ummi omongin". Wajah Roman tampak redup setelah membaca surat dari ummi, pasalnya ia ingin langsung ke warnet. Dengan sedikit maaf ia membalas "Waalaikumsalam…ummi, maaf banget, kayaknya Roman nggak bisa langsung pulang ke rumah, ada janji..maaf"
------
"jangan sampai rencanaku kali ini gagal lagi…Aku sudah bosan berteman dengan Kegagalan," himpitan suara keluar dari niatan Roman untuk pergi ke Warnet. Setibanya di Warnet, Roman langsung duduk anteng mengaktifkan internet, dengan harapan " mudah-mudahan jawaban mengampiriku kali ini".
Teman memancing "Facebook" telah terbuka, ia cari jawaban itu di inbox, ternyata hampa tanpa jawab. Ia kembali ke beranda dan sejenak terlarut dalam lamunan "oh..kenapa jawaban belum juga tiba?!".. tak lama berganti tampak di jendela obrolan nama yang pernah ia kenali beberapa hari lalu, Melati, namanya..
yah, ia mahasisiwi kedokteran di salah satu universitas ternama di ibu kota. Berdetak jantung Roman, ia lah sesungguhnya wanita yang ditunggu-tunggu jawabannya. Melati, menjadi pilihan ketiga setelah Roman gagal mengikat Dewi dan Eli yang dianggapnya "Anak harta" karena orang tua mereka berdua tak menerima Roman dengan alasan "kering Harta".
Dengan tenang Roman mulai membuka obrolan kecil dengan Melati, berharap agar detik ini sebagai ta'aruf terakhir tuk kemudian menjalin persahabatan buat kelangsungan masa depan.
Assalamualaikum…Melati??
Waalaikumsalam…iya, mas
Ee..apakah dek Melati sehat-sehat saja?
Alhamdulillah sehat, mas
Oya, Apa dek melati sudah punya jawabannya?
Jawaban apa yah, mas??
Yah, jawaban atas pertanyaan mas tiga hari lalu!
Mas nggak mau ta'aruf ini berlarut lama, dek..mas butuh kepastian!!
"he he he," melati tersenyum
Sebenarnya Melati telah merangkul jawaban yang siap diutarakan kepada Roman. Namun, tak semudah itu Melati katakan.
"mas Roman…"
"boleh Melati mengajukan pertanyaan?"
"oh..boleh silahkan"
" Apakah pertanyaan mas benar-benar serius??
"lah, kenapa..apa dek melati meragukan itu?"
"bukan begitu, mas.. Melati hanya ingin kemantapan hati mas"
"mas, agar ta'aruf kita ini tidak berlarut lama, bagaimana kalau mas Roman langsung mendatangi ayah Melati dan ambil jawabannya?!!"
"Subhanallah…kapan mas harus mendatanginya, dek?"
"secepatnya, mas" Melati meyakinkan.
" Oke..kalau begitu Insya Allah nanti malam mas akan temui ayah"
"Terima kasih…Melati nanti jawaban dari ayah"
"Wassalamualaikum"
"kenikmatan apa lagi yang akan kuingkari. Allah membuka lebar jalan untuk hambaNya," suara hati Roman beriring ria.
Usai obrolan itu, Roman bergegas ke rumah pengaduan, kepada sosok yang ia percayai, beliau ustadz Mustafa. Sosok yang selama ini menjadi sasaran suara hati Roman..bercerita, minta nasihat, mohon pertimbangan.
"Assalamualaikum…ustadz Mustafa"
"Waalaikumsalam…"
"Maaf mengganggu…mungkin ustadz sudah tahu tujuan Roman ke sini"
"he he he"
"pasti ada hal penting yang ingin kau kabarkan.."
"wah, bukan hal lagi, ustadz..banyak hal"
"begini ustadz…sepertinya semerbak Melati mulai menyapa Roman"
"lah, emang ada apa, Man??"
"Pasti Roman punya niatan mengikat lagi, kan?!"
"Ee..Iya, Ustadz, Roman bertekat tuk mengikat Melati "Mahasiswi kedokteran.. terus Melati ingin agar Roman secepatnya menemui ayahnya tuk mendengar jawaban.. tapi, apa secepat itu, ustadz??"
Ustadz Mustofa tersenyum simpul mendengar tuturan yang kesekian kalinya dari Roman.
"Roman, Ustadz cukup tahu lika-liku perjalananmu. Tak sedikit kesuksesanmu juga menghibur hati ustadz. Namun, tak mengapa ustadz mengutarakan nasihat untukmu!"
"nak Roman, dua kali sudah nak Roman datang dengan tujuan yang sama "meminta pertimbangan". Sekarang datang yang ketiga dengan nasib yang sama.
" nak Roman, boleh ustadz bertanya?"
"maaf sebelumnya…kira-kira apakah kedua orang tuamu tahu akan rencanamu ini ataupun rencanamu sebelumnya??"
Roman sedikit membisu dengan pertanyaan itu "Ustadz, jujur selama ini Roman jarang ngobrol panjang dengan Ummi, apalagi Abi…paling-paling kalau pas makan malam saja, itupun ala kadarnya saja. Dan satu hal lagi Roman kurang begitu terbuka dengan Ummi.. semua kejadian menjadi rahasia Roman.. Roman hanya ingin agar Ummi tak terbebani dengan gelagat Roman.
"Oke..sekarang begini..Ustadz sangat mendukung niatan Roman untuk mengikat Melati. Namun, alangkah akan lebih baik jika Roman juga minta pertimbangan kepada kedua orang tua Roman. Barangkali mereka memiliki pandangan lebih untuk Roman"
"Apakah hal itu tidak menjadi beban buat mereka, Ustadz??"
"Insya Allah tidak, pasti ,mereka punya pertimbangn positif kok..apalagi buat anaknya tercinta"
Roman terenyuh dengan ungkapan ustadz Mustofa. Roman baru tersadar kalau selama ini Roman terlalu mengenyampingkan suara Ummi.. Astaghfirullah
------
Sore hari Roman kembali ke Rumah dengan menabur ria dan penyesalan. Ria karena Roman ingin menyampaikan keinginannya kepada Ummi dan menyesal karena selama ini telah mengecewakan suara ummi.
"tok..tok..tok..Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam..Norman"
"Ada apa denganmu, nak…wajah tampak layu gitu?!"
"Nggak, Mi..Cuma agak lelah saja…Roman ke kamar dulu yah, nanti Roman cerita ke Ummi"
"Hmm…aneh banget tu Roman, baru kali ini Ummi mendengar Roman mau cerita.. oh, ada apa denganmu, nak?!"
Duduk bersanding penuh kehangatan Roman dan Ummi, Ummi menatap raut Roman yang semakin layu.
"Roman, ada apa denganmu, nak..katanya mau cerita ke ummi?!"
"iya, mi..tapi sebelumnya Roman minta maaf kalau selama ini Roman membuang jauh pendapat ummi, terlalu mengabaikan pandangan ummi.. Roman terlalu ego dengan keringat sendiri..Roman tak sadar kalau semua itu butuh keridhaan juga darimu, Ummi..maaf"
"iya, mi..tapi sebelumnya Roman minta maaf kalau selama ini Roman membuang jauh pendapat ummi, terlalu mengabaikan pandangan ummi.. Roman terlalu ego dengan keringat sendiri..Roman tak sadar kalau semua itu butuh keridhaan juga darimu, Ummi..maaf"
"Anakku…Ummi tahu, Ummi ngerti apa yang Roman maksud. Ummi tahu perjalanan Roman walau Roman tak pernah bercerita langsung ke Ummi. namun, Ummi yakin Allah menunjuki jalan untuk mengetahui semua itu..karena kamu adalah bagian tanggungjawab Ummi dan Abi.."
"maafkan Roman, Ummi..maafkan.."Roman tersimpuh sedu di pangkuan Ummi.
"Sudah..sudah..anakku..sekarang apa rencana Roman?"
"Begini…Tadi siang Roman telah bertemu dan ngobrol ringan dengan Melati lewat beranda Facebook"
"melati itu siapa, nak?"
"dia mahasiswi kedokteran di UI, Mi..dan Roman bertekat tuk menjadikanya sahabat hidup"
"Bagaimana pendapat Ummi tentang rencana Roman ini?"
"Eee..Roman, ketulusanmu untuk mengikat Melati adalah harapan mulia. Ummi ikut mendukung akan niatan itu. Cuma Ummi pingin bertitip pesan "apa sebenarnya yang melatar belakangi Roman tuk mengikat Melati, apa karena ia kaya? apa karena mungkin kekayaannya? apa mungkin juga karena nasab keluarganya?.. semua itu harus dipertimbangkan, Nak..Agama adalah menjadi pertimbanagn utama buat Ummi agar Roman benar-benar tulus dan agar tidak menuai penyesalan di kemudian hari..yakinlah doa Ummi bersama Ridha Ilahi tetap mengiringi harapanmu, anakku"
"terima kasih, Ummi"
0 komentar:
Posting Komentar