Akhir-akhir ini citra diri “Akhlak” menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Media masa baik maya maupun nyata terus dibanjiri oleh ulah dan tingkah remaja masa kini. Lebih lagi mimbar jum’at juga digiring kearah akhlak generasi kini. Hal itu tentunya sangat menguras habis tenaga dan upaya untuk membahas dan membahas masalah “Moral”. Sehingga tidak ada salahnya jika saya juga ikut menguak masalah Citra diri di depan layar anda.
Apa sebenarnya citra diri itu?
Secara sederhana citra adalah gambaran kepribadian seseorang. Kepribadian yang sekaligus menjadi ciri khas seseorang tersebut, baik dalam berucap, bertindak, berinteraksi antar sesama, dst. Citra juga merupakan serapan dari Akhlak yang mencakup moral dan tingkah seseorang. Moral di kemudian waktu menjadi penilaian tersendiri di hadapan Tuhan maupun di mata insan. Maka jika moral vertikalnya baik pastikan moral horizontalnya pun akan ikut baik.
Tentu di setiap kita menginginkan kebaikan dan kemuliaan. Seorang ayah ingin agar anaknya menjadi buah hati yang soleh/ah, sehingga mewajibkan untuk mengaji di surau setiap sore. Setiap kita ingin agar kita dan teman kita memiliki pribadi yang baik, pribadi yang dicintai oleh orang lain, pribadi yang tidak menyebabkan orang lain jengkel atas tingkah kita, atas perilaku salah dari kita.
Siapa yang mengembangkan citra diri itu?
Citra diri sesungguhnya akan berbalik kepada pribadi masing-masing. Pribadi yang gemar mencari makna akan posisi dirinya di hadapan diri dan orang lain. Pribadi yang siap menerapkan ilmu yang telah didapat dari membaca, mendengar, dst. Sehingga pribadi sendirilah yang bertanggung jawab penuh atas citra itu. Ada beberapa langkah untuk mengembangkan citra diri:
- Mulai dari Diri Sendiri
Inilah jalan terbaik untuk menciptakan pribadi-pribadi tangguh. Pribadi yang memiliki spiritual tinggi. Dimulai dari diri sendiri untuk dapat mengerti hakikat akhlak serta penerapannya dalam keseharian. Bemula dari berkata baik, mengucapkan ungkapan-ungkapan yang bermakna atau lebih baik diam oleh karena takut akan dosa yang diperbuat lisan.
- Perkuat Nilai Spiritual
Spiritual yang dimaksud adalah penguatan diri tentang pemahaman “Makna” tentang sesuatu. Makna yang mencakup kesejatian diri, kesadaran akan berakhlak baik, kesadaran untuk mewujudkan kebahagiaan baik dunia maupun di akhirat. Spiritual yang mengajak pada kecerdasan diri, hati dan jiwa akan makna citra terhadap diri. Yakinkan jika diri telah memahami makna citra dan kemudian dapat mengaplikasikannya dalam taraf interaksi mudah-mudahan pribadi akan menjadi pribadi yang paham tentang dirinya sendiri.
Spiritual Awal Membentuk Citra Mulia
Patut dipahami citra diri mulia perlu diawali dengan sumber yang mulia juga. Hikmah untuk memahami diri, mengarahkan sikap dan tingkah laku, menasihati hati jika lalai, intinya bagaimana menciptakan diri menjadi jiwa yang aktif, jiwa yang menyediakan obat jika terserang penyakit, jiwa yang meyediakan nasihat jika sedang dirundu masalah.
Spiritual “pendalaman makna” akan pentingnya menciptakan citra mulia, citra yang bermuara pada akhlak, citra yang dapat memperelok hati dan lisan, citra yang dapat membahagiakan diri dan orang lain. Spiritual selalu menawarkan bagaimana seseorang dapat bertahan pada posisi apapun. Nah, dalam situasi bertahan inilah sesungguhnya menjadi wahana untuk memperkuat citra pribadi, citra yang berbuah kesabaran, citra yang menyemai ketabahan dan keyakinan di setiap urusan pasti ada jalan mudah terbentang, semua itu berangkat dari kesadaran diri yang ditata oleh spiritual.
Sehingga citra diri mulia harus dilandaskan pada spiritual yang kuat. Spiritual yang siap membantu menciptakan potensi diri yang positif dan dapat membentengi diri dari bisikan-bisikan negatif yang akan merusak citra. Ciptakan kepribadian mulia dengan spiritual mulia!!