Rabu, 18 Mei 2011

Tiba: Malam Berbalut Kelam

Salam Smart!

Malam berselimut gelap, terdengar dari balik jendela angin kencang melabrak pepohonan beringin yang berjejer rapi di halaman rumah. Sandi sekeluarga yang asyik menikmati acara TV seketika dikagetkan oleh suara petir halilintar  menggempar ruangan, geluduk saling berbenturan. Dalam kecemasan akhirnya Sandi menyuruh istrinya “Flaura” menggiring kedua anaknya [Kendi dan Kembang] menuju kamar tidur sedang sandi mematikan TVnya khawatir petir dapat menghantam aliran listrik.


Rintik curahan hujan membasahi pelataran rumah yang lama tak tersentuh air. Sandi berjalan lirih mengarah jendela, membuka tabir jendela dan melitir air yang tampak membanjiri selokan hingga sampah plastik bungkus roti, potongan kayu kecil meluap berserakan ke jalan. “ Ya Tuhan semoga engkau curahkan kenikmatan bersama curahan hujan malam ini,” harap Sandi sambil menutup kembali tabir jendela.

Hujan seakan membuyarkan kedamaian malam, membekukan genteng-genteng yang mulai rontok akibat labrakan angin kencang, sedang Sandi sekeluarga telah lelap di ufuk bersama impian.

Tepat pukul 03.00 alarm berdering kencang sekencang hempasan angin. Sandi meraba senter di samping kiri bantal, namun tampaknya senter itu jatuh di bawah ranjang mengiringi jatuhnya dedaunan. Akhirnya ia menelingkupkan selimut ke arah selimut Flaura.

Malam gelap gulita seakan tak berkehidupan. Lampu pun padam hanya suara geluduk yang tetap setia menemani kegelapan. Senter telah di tangan sandi, lalu ia berusaha menggapai Lilin putih di selorokan lemari kecil, menyalakan kemudian ditumpangkan di atas lepek. Ia berjalan membawanya ke kamar mandi untuk berwudhu, sesampainya di pintu kecil yang memisahkan dapur dengan kamar mandi ia melihat air meresap dari lubang bawah pintu. “Astaghfirullah, air hujan sampai masuk rumah gini, wah, bagaimana kolam ikan di belakang rumah yah?, Ya Tuhan semoga tidak terjadi apa-apa,” Sandi menenangkan hati.

Bergegas ia berwudhu dan menyangking lilinnya kembali ke kamar. ia berusaha membangunkan Flaura yang masih lelap…”Istriku, bangun! Kita shalat malam dulu yuuk!,” ajak sandi sambil menyikap selimut yang telah lama memanjakan Flaura. Dengan sedikit manja Flaura akhirnya bangkit dengan mata sayup menatap lilin putih yang hampir meleleh mati.

“Mas Sandi, kenapa kok gelap banget seperti ini, Flaura takut…”

“Istriku, sedari tadi hujan belum kunjung reda. Angin pun tampak makin menjadi-jadi, listrik padam dan air tampak merembas di lantai dapur.”

“Haaa! Benarkah?, Gimana dong mas, bagaimana dengan kolam kita?, Bagaimana dengan tanaman bayam kita mas?, Bagaimana…..! ohh Tuhan, kenapa engkau turunkan hujan selebat ini?.”
Melihat perasaan flaura yang tampak cemas bercampur ego sandi menenangkan “ Istriku, sekarang kan masih malam, kita juga belum tahu apa yang terjadi esok pagi, tenang saja dulu mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa dengan kita”. Lalu sandi mengantarnya ke kamar mandi. Langkah flaura melewati rembesan air yang mulai membanjiri ruangan  “ ya ampuun, Hujan malam ini benar-benar membawa balak, padahal tak pernah hujan sebegini hebohnya, ada apa sebenarnya?, Flaura berceloteh.
“Istriku, istriku jangan panik seperti itu, ini adalah bagian dari nikmat Tuhan”

“Nikmat apa suamiku? Apa tuhan menurunkan nikmat berupa balak seperti ini?, Ya Ampun..”
Sandi hanya bisa mengelus dada “ semoga engkau menurunkan hikmah di balik semua ini,”

Flaura berwudhu dan sandi berusaha mengambil ember dan mangkok untuk mengeringkan ceceran air di lantai. namun tak disangka air makin keras menerobos lubang pintu hingga mangkok pun lepas dari genggamnya terlempar air.
“ya Tuhan , semoga hujan cepat mereda,” sandi berusaha tenang.
Kamudian sandi mengajak istrinya ke ruang tamu membeber sajadah, shalat malam, bermunajat kepada ilahi “ ya Tuhan engkau maha pelindung, lindungi keluarga kami dari segala mara bahaya. Ya Tuhan, limpahkan ketabahan kepada kami untuk menerima segala kehendakmu. Ya Tuhan limpahkan Hikmah disetiap kejadian ini..amin ”.
***
Pagi silih mengganti malam. udara pagi tak sebening biasanya, suara rame bak pasar ayam mengetarkan suasana “hoee hoee ayam ternakku banyak yang mati terapung, pakaian di jemuran berserakan di mana mana….teriak, pekik bersahutan memecahkan kejernihan.

Sandi bersama flaura dan kedua anaknya mengarah ke pintu belakang menyaksikan apa sebenarnya yang terjadi semalam.  “Allahu Akbar, air kolam tampak meluap, jaring yang mengelilingi kolam tenggelam ditelan ai  dan kebun kecil pun rata tertutup air.

Kendi dan kembang sibuk bareng mengepel lantai dapur, Flaura tetap menatap iar bah yang menutupi kolam ikan dan kebun kecil. air matanya tampak menghujani pagi ini..”Tuhan semoga engkau menitipkan keadilan kepada kami!”.
mendengar sesak suara itu Sandi meleraikan tangan kearah flaura menjemput lara dan mendekapnya kuat “ Istriku, tabahkan hatimu dan tetap sabar! Ini hanya segelintir musibah. Masih banyak musibah-musibah lain yang lebih heboh. Mungkin Tuhan ingin menyadarkan kita untuk saling merasakan lara seperti yang dirasa oleh sahabat-sahabat kita yang dilanda gempa, tsunami, letusan gunung…”

“Istriku, yakinlah di balik semua ini terlimpah segunung hikmah. Dan sungguh Tuhan bersama hambaNya yang sabar dan tabah!”.
Notes:
  1. Seseorang yang biasa hidup tenang, tentram akan susah merelakan hartanya hilang bahkan sampai besikap suudzan kepada Tuhan.
  2. Sabar adalah rumus terbaik dalam menghadapi segala musibah.